Selain menjadi makhluk sosial, manusia juga disebut sebagai makhluk ekonomi atau homo economicus. Melansir jurnal Homo Economicus oleh B. Herry Priyono, istilah tersebut berasal dari Adam Smith, seorang peletak dasar ilmu ekonomi modern. Namun ada banyak muncul pertanyaan kenapa manusia disebut dengan Homo Economicus?
Manusia sebagai Homo Economicus |
Pada dasarnya, manusia disebut sebagai makhluk ekonomi karena manusia selalu berupaya memenuhi kebutuhan hidupnya sesuai dengan ilmu dan prinsip ekonomi. Hal ini dilakukan guna mencapai kesejahteraan hidup. Untuk memenuhi kebutuhan, manusia akan melakukan pengorbanan dengan bekerja. Mereka juga memperhitungkan biaya dan tenaga yang keluar serta keuntungan yang didapatkan.
Namun untuk lebih jelasnya, manusia disebut dengan homo economicus karena manusia memiliki beberapa karakteristrik, di antaranya:
- Melakukan tindakan yang bersifat rasional.
- Keputusan yang diambil sesuai dengan tujuan.
- Pemenuhan kebutuhan berfokus kepada diri sendiri.
- Memiliki rasa tidak pernah puas.
- Mempunyai banyak kebutuhan dan keinginan.
- Tindakan ekonomi dilakukan dengan cara efisien.
- Aktivitas yang dilakukan lekat dengan preferensi pribadi.
Sebab sejatinya, kebutuhan manusia satu dengan yang lain cenderung berbeda. Perbedaan kebutuhan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
- Usia dan Lingkungan
- Pendidikan
- Kemajuan IPTEK
- Pendapatan
- Status Sosial
- Perbedaan Selera
Pendidikan sangat berpengaruh pada kebutuhan manusia, karena semakin tinggi pendidikan maka kebutuhannya juga akan lebih tinggi. Contohnya, seseorang yang berpendidikan rendah cenderung hanya memilih pakaian yang sopan untuk berbagai pertemuan. Tetapi jika seseorang yang berpendidikan tinggi, maka ia harus banyak memiliki jenis pakaian untuk digunakan pada acara yang berbeda-beda tergantung dengan apa profesinya.
Orang tua, orang dewasa dan anak muda yang hidup di tahun 2000-an memang dihadapkan dengan trend yang sama tetapi preferensi untuk kebutuhan mereka bisa saja berbeda. Contohnya, orang tua sudah cukup bahagia jika kebutuhannya terpenuhi, tetapi untuk anak muda dan dewasa lebih ingin memuaskan diri dan merasa belum cukup dengan apa yang dimiliki.
Semakin majunya IPTEK maka anak-anak generasi sekarang cenderung untuk lebih ingin memiliki produk dengan IPTEK terbaru karena bisa menunjang kebutuhan dan gaya hidupnya masa kini.
Selanjutnya adalah tingkat pendapatan. Seseorang yang berpendapatan rendah cenderung kebutuhannya lebih sedikit jika dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendapatannya tinggi.
Semakin tingginya status sosial maka kebutuhannya lebih di dominasi oleh keinginan.
Setiap orang memiliki perbedaan selera. Misalnya saja wanita tomboi lebih menyukai pakaian yang simple, tapi wanita yang feminin lebih menyukai pakaian yang terlihat elegan.