Banyak cara dilakukan warga untuk terhindar dari berbagai bencana yang biasa terjadi pada musim penghujan. Namun berbeda dengan masyarakat Jombang. Mereka memiliki tradisi Clorotan, yaitu ritual menangkal petir.
Di Jombang Jawa Timur, ratusan petani sebuah desa menggelar tradisi tahunan clorotan tolak petir untuk mengawali musim tanam. Tradisi tersebut bertujuan untuk menghindarkan warga khususnya petani yang saat pergi ke sawah di musim penghujan agar diberi keselamatan tidak tersambar petir.
Ratusan petani Dusun Banjarsari Desa bareng Kecamatan bareng berduyun-duyun ke lokasi pemakaman desa setempat untuk menggelar tradisi clorotan. Dalam tradisi tahunan ini warga menyiapkan sejumlah jajanan pasar khususnya tiga jenis jajanan yakni kue clorot, brondong dan kue pasung. Sebelum tradisi dimulai warga berziarah dan berdoa di makam para leluhurnya.
Tradisi Clorotan dinamakan demikian memiliki makna bahwa clorot berarti kilat petir atau halilintar, brondong bermakna dentuman bertubi-tubi, dan pasung berarti ketika petir menyambar akan busung atau tidak mengenai petani yang bercocok tanam. Sesepuh desa pun mengaku tujuan dilakukannya tradisi clorotan tolak petir ini adalah agar diberi keselamatan. Khususnya warga yang mayoritas bekerja sebagai petani dan bercocok tanam di sawah di musim penghujan kali ini agar terhindar dari sambaran petir.
Pelaksanaan tradisi clorotan ini ditempatkan di makam dusun, hal ini dilakukan untuk menghormati para leluhur Dusun Banjarsari. Sebab, ditempat inilah sesepuh dusun tersebut dimakamkan.
Tradisi clorotan tolak petir yang digelar ratusan warga banjarsari ini berlangsung sederhana. Usai berdoa bersama warga pun menyantap jajanan clorot yang berarti petir secara beramai-ramai.