Pengertian Kecerdasan Emosional |
Pemaknaan terhadap emosional seringkali salah, sebab emosi pada umumnya dimaknai sebagai rasa marah dan perasaan-perasaan negatif lainnya (Goleman, 2004: 7). Emosi apabila dikendalikan adalah suatu kekuatan yang siap digali untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Hal ini menyiratkan bahwa emosi bisa menjadi cerdas. Emosi yang cerdas inilah yang disebut dengan kecerdasan emosional.
Menurut Bar-On, seorang psikolog Israel yang menulis konsep ini, dalam disertasinya pada tahun 1980-an "emotional intelligence is a multifactorial array of interrelated emotional, personal and sosial abilities that help us cope with daily demands".
Kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan sosial, pribadi dan emosi yang saling berhubungan yang membantu seseorang dalam mengatasi tuntutan sehari-hari.
Menurut Ary Ginanjar Agustian, kecerdasan emosional adalah sebuah kemampuan untuk mendengarkan bisikan emosi dan menjadikannya sebagai sumber informasi maha penting untuk memahami diri sendiri dan orang lain demi mencapai sebuah tujuan (Ginanjar, 2003: 62).
Sementara itu Daniel Goleman dalam bukunya yang berjudul “emotional intelligence” mengatakan: Emotional Intelligence: Abilities such as being able to motivate one self and persist in the face of frustrations: to control impulse and delay gratification; to regulate one's moods and keep distress from swamping the ability to think; to empathize and to hope (Goleman, 1996: 36).
Kecerdasan emosional adalah kemampuan-kemampuan seperti kemampuan memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdoa.
Dalam bukunya yang lain Goleman mengatakan bahwa kecerdasan emosional merujuk pada kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannnya dengan orang lain.
Dalam buku yang berjudul ESQ, Ary Ginanjar Agustian menyatakan bahwa “Kunci kecerdasan emosi adalah pada kejujuran suara hati.” Sedangkan cara untuk memperoleh dan mengenal suara hati sejati beliau menjawabnya melalui surat Al-‘Alaq ayat 1-5: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpan darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.s Al-Alaq: 1-5).
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengelola perasaan dan emosi, baik pada diri sendiri dan pada orang lain dalam berinteraksi, kemampuan memotivasi diri sendiri dan berempati dengan informasi yang diperoleh dari seluruh potensi psikologi yang dimiliki untuk membimbing pikiran dan tindakan sehingga mampu mengatasi tuntutan kehidupan.