Jejak Sejarah Petirtaan Belahan yang Tersembunyi di Gunung Penanggungan

Jejak Sejarah Petirtaan Belahan yang Tersembunyi di Gunung Penanggungan

Hainusantara.com - Halo Sobat Nusantara! Apakah kamu sudah pernah mendengar tentang Petirtaan Belahan? Sebuah situs bersejarah yang sarat akan mitologi dan arkeologi yang terletak di lereng timur Gunung Penanggungan, Pasuruan.

Tempat ini sering disebut sebagai Sumber Tetek karena adanya arca Dewi Lakshmi yang memancurkan air dari payudaranya. Mari kita menelusuri lebih dalam tentang situs ini yang penuh sejarah dan keajaiban budaya!

Letak dan Asal Usul Petirtaan Belahan

Petirtaan Belahan terletak di Dusun Belahanjowo, Desa Wonosunyo, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan. Letaknya berada di lereng Gunung Penanggungan, yang terkenal sebagai salah satu gunung suci dalam tradisi Jawa. Situs ini dibangun pada masa Kerajaan Medang pada abad ke-10, sekitar tahun 1009 Masehi, yang ditandai dengan adanya kronogram pada arca di sisi selatan petirtaan.

Secara geografis, Petirtaan Belahan berdampingan dengan Petirtaan Jolotundo di sisi lainnya dari Gunung Penanggungan. Diperkirakan kedua situs ini merupakan bagian dari satu rangkaian kompleks peribadatan di sekitar Gunung Pawitra, yang dipercaya sebagai puncak Gunung Mahameru dalam mitologi Jawa. Kombinasi antara mitologi, kepercayaan, dan arsitektur kuno membuat situs ini sangat menarik bagi para peneliti maupun pelancong sejarah.

Struktur dan Desain Petirtaan

Saat mengunjungi Petirtaan Belahan, Sobat Nusantara akan melihat bahwa struktur pemandian ini berbentuk kolam persegi yang mendapatkan pasokan air dari sungai kecil di sisi selatan. Dinding petirtaan terdiri dari relung-relung yang dibentuk pada lereng tebing. Pada dinding sebelah barat, terdapat dua relung besar yang mengapit satu relung kecil di tengahnya. Di kedua relung besar ini, terletak arca Dewi Sri dan Dewi Lakshmi, yang dalam mitologi Hindu berhubungan erat dengan kemakmuran dan kesejahteraan.

Yang paling menarik perhatian adalah arca Dewi Lakshmi. Dari payudara arca ini, memancar air yang menjadi sumber aliran untuk kolam petirtaan. Inilah alasan mengapa tempat ini disebut Sumber Tetek. Sementara itu, relung di tengah yang kosong diduga pernah ditempati oleh arca Wisnu, dewa dalam mitologi Hindu yang merupakan suami dari Dewi Sri dan Dewi Lakshmi.

Situs ini, dengan perpaduan arsitektur yang sederhana tetapi sarat makna, menunjukkan bagaimana masyarakat pada masa itu menghormati alam dan dewa-dewi mereka. Keberadaan jaladwara (saluran air) yang memancur dari arca-arca ini juga memperlihatkan teknologi pengairan yang telah maju pada masa Kerajaan Medang.

Sejarah dan Pengaruh Kerajaan Medang

Sejarah Petirtaan Belahan tak bisa dilepaskan dari pengaruh Kerajaan Medang, sebuah kerajaan besar yang berkuasa di Jawa Timur pada abad ke-10. Dibangun sekitar tahun 1009 M, situs ini dipercaya berasal dari masa pemerintahan Raja Dharmawangsa Teguh atau bahkan lebih awal pada masa Mpu Sindok. Kedua raja ini memiliki peran penting dalam sejarah politik dan budaya Jawa.

Mpu Sindok, yang dikenal sebagai pendiri Dinasti Isyana, memindahkan pusat kerajaan Medang dari Jawa Tengah ke Jawa Timur setelah letusan Gunung Merapi pada abad ke-10. Perpindahan ini juga menandai perkembangan budaya Hindu di Jawa Timur, termasuk dalam pembangunan berbagai situs peribadatan seperti Petirtaan Belahan dan Jolotundo. Situs-situs ini, yang terletak di sekeliling Gunung Penanggungan, menggambarkan kepercayaan masyarakat pada kesucian alam dan gunung-gunung dalam kepercayaan Hindu.

Lebih dari sekadar tempat pemandian, Petirtaan Belahan memiliki fungsi spiritual sebagai tempat penyucian diri. Air yang mengalir dari arca-arca tersebut dipercaya memiliki kekuatan suci dan digunakan oleh para raja dan bangsawan sebagai bagian dari ritual keagamaan. Ini sejalan dengan kepercayaan Hindu yang sangat menghormati air sebagai simbol kesucian dan pembersihan spiritual.

Kompleks Pertapaan dan Prasasti Cunggrang

Tak jauh dari Petirtaan Belahan, Sobat Nusantara juga bisa menemukan sisa-sisa kompleks pertapaan kuno. Di sekitar area ini, ditemukan dua gapura dan struktur bata yang diduga merupakan bagian dari kompleks yang lebih besar. Salah satu bukti sejarah penting yang ditemukan di sekitar area ini adalah Prasasti Cunggrang.

Prasasti ini berasal dari masa Mpu Sindok dan menyebutkan adanya sebuah tempat pertapaan yang terletak di "tepi jurang", menghadap ke jurang. Ini menandakan bahwa Gunung Penanggungan bukan hanya dilihat sebagai tempat suci, tetapi juga sebagai tempat pertapaan bagi mereka yang mencari pencerahan spiritual. Lokasi Petirtaan Belahan yang berada di lereng gunung yang curam memperkuat dugaan bahwa situs ini memang digunakan sebagai tempat bertapa.

Prasasti ini memberikan gambaran tentang betapa pentingnya tempat ini bagi kehidupan spiritual masyarakat pada masa itu. Para pertapa dan raja-raja mungkin datang ke sini untuk menyucikan diri sebelum melaksanakan ritual penting. Suasana yang tenang dan jauh dari keramaian kota juga menjadi alasan mengapa tempat ini dipilih sebagai lokasi pertapaan.

Pengaruh dan Nilai Budaya Petirtaan Belahan

Meskipun kini Petirtaan Belahan lebih dikenal sebagai destinasi wisata sejarah, nilai budaya dan spiritualnya tetap kuat terasa. Situs ini menjadi saksi bisu perjalanan sejarah panjang masyarakat Jawa yang dipengaruhi oleh agama Hindu, khususnya dalam hal kepercayaan terhadap kesucian alam dan gunung.

Bagi Sobat Nusantara yang tertarik dengan sejarah dan budaya, Petirtaan Belahan menawarkan pandangan yang menarik tentang bagaimana masyarakat kuno Jawa menghargai alam sebagai bagian dari kehidupan spiritual mereka. Keberadaan arca-arca dewi yang mengalirkan air menandakan penghormatan yang dalam terhadap unsur-unsur alam yang dianggap sebagai manifestasi dari dewa-dewi.

Petirtaan ini juga menjadi simbol kekayaan arsitektur Jawa kuno, di mana teknologi pengairan telah digunakan secara cerdas untuk keperluan spiritual dan praktis. Setiap elemen di petirtaan ini, dari arca hingga jaladwara, memiliki makna yang dalam dan berkaitan dengan kepercayaan masyarakat pada masa itu.


Baca juga: Kunci Mengembangkan Skill Fotografi Menjadi Fotografer Handal


Menjaga Warisan Leluhur

Sebagai generasi penerus, penting bagi kita untuk terus melestarikan situs-situs bersejarah seperti Petirtaan Belahan. Situs ini bukan hanya sebuah tempat wisata, tetapi juga warisan budaya yang menceritakan kisah panjang peradaban Jawa. Dengan menjaga kebersihan dan menghargai keaslian situs ini, Sobat Nusantara ikut berperan dalam melestarikan peninggalan sejarah yang tak ternilai harganya.

Kunjungan ke Petirtaan Belahan bukan hanya menawarkan pengalaman visual yang memukau, tetapi juga memberi kita kesempatan untuk merenungi nilai-nilai spiritual dan budaya yang telah diwariskan oleh leluhur kita. Sebagai tempat yang masih mempertahankan esensi kesuciannya, Petirtaan Belahan tetap relevan hingga saat ini, mengingatkan kita akan hubungan manusia dengan alam dan kekuatan spiritual yang ada di sekitarnya.

Penutup

Petirtaan Belahan adalah salah satu bukti nyata keagungan peradaban masa lampau di Jawa Timur. Dengan keindahan arsitektur, makna spiritual, dan sejarah panjang yang dimilikinya, situs ini layak menjadi salah satu destinasi yang Sobat Nusantara kunjungi.

Sebagai warisan budaya, Petirtaan Belahan tidak hanya memancarkan air, tetapi juga memancarkan pengetahuan, sejarah, dan spiritualitas yang terus hidup hingga kini.

Lebih baru Lebih lama


نموذج الاتصال