Melangkah di Kaki Gunung Marapi, Kenangan di Balik Bencana Galodo

Melangkah di Kaki Gunung Marapi, Kenangan di Balik Bencana Galodo

Hainusantara.com - Pagi menjelang siang di kaki Gunung Marapi, Sumatera Barat, selalu punya kesan yang berbeda. Udara sejuk menyelimuti, kabut tipis menari di atas sawah, dan pepohonan rindang yang membuat kita sejenak lupa dari hiruk pikuk kehidupan sehari-hari.

Saat ini, aku berdiri di pintu masuk desa terakhir, Bulan Sariak, yang terletak di lembah indah di bawah bayangan gagahnya Gunung Marapi. Rasanya hampir mustahil membayangkan bahwa beberapa bulan lalu, tepatnya pada Sabtu malam 12 Mei 2024, bencana besar melanda tempat ini.

Galodo: Banjir Bandang yang Menerjang

Desa ini sempat terisolasi selama dua minggu setelah bencana yang dikenal dengan sebutan Galodo—banjir bandang yang membawa material lahar dingin dari puncak Marapi. Saat itu, air keruh dengan volume luar biasa mengalir deras dari arah Gunung Marapi, membawa batu-batu besar dan batang kayu yang menghantam puluhan rumah di sepanjang jalur sungai. Bencana ini bukan hanya menghancurkan rumah dan sawah, tapi juga merenggut nyawa.

Aku masih ingat bagaimana berita itu menyebar dengan cepat, mengguncang hati setiap orang yang mendengarnya. Galodo bukan sesuatu yang asing bagi penduduk setempat—mereka yang tinggal di sekitar kaki gunung ini sudah tahu risiko bencana alam seperti ini. Namun, ketika bencana itu benar-benar datang, rasanya tetap menyakitkan. Apalagi, kali ini dampaknya lebih besar daripada biasanya.

Perjalanan Setelah Bencana

Setelah dua minggu akses ke desa ini terputus, akhirnya jalan dibuka kembali, meskipun sifatnya sementara. Jalan yang dulunya mulus sekarang dipenuhi bekas longsoran, dan jejak bencana masih jelas terlihat. Batu-batu besar yang dibawa oleh banjir bandang masih berserakan di sepanjang sungai, dan rumah-rumah yang tersisa berdiri dengan bekas luka di dinding-dindingnya. Tapi di tengah semua itu, kehidupan mulai kembali berdenyut. Sawah-sawah yang rusak mulai dipulihkan, dan penduduk yang kehilangan rumah mereka mulai membangun kembali.

Aku datang ke sini hari ini dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, pemandangan di kaki Gunung Marapi ini masih begitu menakjubkan. Di sisi lain, kesadaran bahwa tempat ini baru saja mengalami bencana besar membuat suasana hati menjadi lebih tenang dan penuh penghormatan. Kami ke sini untuk beristirahat dan bersantai, tapi juga untuk mengingatkan diri bahwa alam, seindah apapun, bisa menjadi sangat kuat dan kadang-kadang tak terduga.

Desa Bulan Sariak dan Sungai Jambu

Desa Bulan Sariak, pintu masuk terakhir sebelum mencapai beberapa spot hiking Gunung Marapi, punya pesona tersendiri. Jalur menuju ke sini melalui rute dari Padang ke Padang Panjang, Batusangkar, Parambahan, hingga Sungai Jambu, menawarkan pemandangan yang tak tertandingi. Sepanjang perjalanan, sawah yang hijau dan hamparan ladang menjadi pemandangan yang mendamaikan. Desa ini dikenal sebagai salah satu gerbang menuju jalur pendakian Gunung Marapi yang cukup populer, terutama bagi mereka yang suka hiking dan mengejar matahari terbit di puncak gunung.

Namun, di balik keindahan alamnya, desa ini rentan terhadap bencana seperti Galodo. Sungai yang mengalir deras di kaki gunung ini bisa berubah menjadi ancaman mematikan ketika curah hujan meningkat dan lahar dingin yang terkumpul di puncak gunung mulai mengalir turun. Penduduk desa sudah lama hidup dengan kesadaran akan risiko ini, tapi mereka tetap bertahan dan menjalani kehidupan dengan semangat.

Hikmah di Balik Bencana

Aku belajar banyak dari kunjungan ini. Pertama, kita seringkali lupa bahwa alam punya kekuatan yang begitu besar dan tak bisa dikendalikan. Di satu sisi, kita bisa menikmati keindahannya—berjalan di kaki gunung, menghirup udara segar, mendengar suara burung dan gemericik air. Namun, di sisi lain, kita harus selalu ingat bahwa ada risiko yang tersembunyi di balik keindahan tersebut.

Kedua, ada kekuatan luar biasa dari penduduk desa-desa di sekitar Gunung Marapi. Mereka bukan hanya bertahan hidup di tempat yang rentan terhadap bencana, tapi mereka juga selalu bangkit setelah musibah. Dalam percakapan dengan beberapa penduduk setempat, aku mendengar cerita tentang bagaimana mereka bersama-sama membantu satu sama lain setelah Galodo melanda. Mereka tidak menunggu bantuan dari luar, melainkan saling bahu-membahu untuk membersihkan puing-puing dan memulai kehidupan mereka kembali. Ini adalah pelajaran berharga tentang ketangguhan dan solidaritas.

Relaksasi di Tengah Alam

Meskipun ada bekas-bekas bencana, tempat ini masih menawarkan kedamaian yang sulit ditemukan di tempat lain. Kami datang ke sini untuk bersantai, dan suasana tenang desa Bulan Sariak memberikan kesempatan untuk merenung. Suara gemericik air sungai yang dulunya membawa kehancuran kini kembali menenangkan. Angin sejuk yang berhembus dari arah gunung memberikan rasa segar yang menenangkan pikiran.

Kami duduk di pinggir sungai, menikmati pemandangan hijau di sekitar, sambil berbicara tentang kehidupan dan bagaimana bencana seperti Galodo mengingatkan kita untuk lebih menghargai apa yang kita miliki. Terkadang, alam memberi kita pelajaran keras, tapi di saat yang sama, ia juga memberikan tempat bagi kita untuk sembuh dan kembali tenang.

Kembali dengan Rasa Syukur

Kunjungan kali ini mengajarkanku banyak hal tentang kehidupan di kaki gunung yang indah namun penuh risiko. Galodo mungkin telah merusak banyak hal, tapi penduduk dan alam di sekitar Gunung Marapi terus menunjukkan bahwa kehidupan selalu bisa kembali pulih. Dan bagi kami, pengunjung yang datang untuk menikmati keindahan alam, ini adalah pengingat bahwa kita harus selalu menghargai dan menjaga alam, karena alam punya kekuatan yang jauh lebih besar dari yang bisa kita bayangkan.

Jika kamu berkesempatan untuk mengunjungi daerah ini, luangkan waktu sejenak untuk merenung, menikmati ketenangan, dan menghargai kehidupan yang terus bergerak maju di tengah-tengah segala tantangan yang datang.

Lebih baru Lebih lama


نموذج الاتصال