Hainusantara.com - Pulau Borneo, atau Kalimantan, adalah salah satu tempat yang selalu bikin saya kagum setiap kali membicarakannya. Mungkin, banyak dari kita sudah tahu kalau Borneo adalah pulau ketiga terbesar di dunia setelah Greenland dan Papua, dengan luas sekitar 736.000 km². Tapi, ada sesuatu yang lebih dari sekadar fakta geografis yang membuat Borneo istimewa. Ada sejarah yang kaya, alam yang memukau, dan interaksi yang unik antara manusia dan lingkungannya, yang membuat saya merasa bahwa pulau ini adalah salah satu tempat paling menarik di dunia.
Kalau kita bicara soal sejarah, Pulau Borneo telah berinteraksi dengan dunia luar sejak zaman kuno. Bayangkan saja, hubungan dengan bangsa asing sudah ada sejak abad ke-1 Masehi! Ini benar-benar luar biasa, mengingat pada waktu itu, banyak tempat lain di dunia masih terisolasi. Tapi, Borneo sudah menjalin kontak dengan berbagai kebudayaan luar.
Bukti-bukti arkeologis menunjukkan bahwa artefak tertua yang ditemukan di Borneo berasal dari Kerajaan Kutai, yang berkembang di abad ke-4 M. Kerajaan ini mengadopsi agama Hindu dan berlokasi di pesisir timur Borneo. Bisa dibilang, Kutai adalah salah satu titik awal peradaban di Nusantara. Menariknya, artefak dari kerajaan ini dianggap sebagai yang tertua di seluruh Indonesia. Wah, ini benar-benar memberikan perspektif tentang betapa lamanya Pulau Borneo telah menjadi pusat kebudayaan dan perdagangan.
Berbicara soal kerajaan, saya teringat bagaimana Sriwijaya, sebuah kerajaan maritim yang kuat di Sumatera, pernah mempengaruhi wilayah pesisir barat Borneo pada abad ke-8. Lalu, sekitar enam abad kemudian, Majapahit, kerajaan besar dari Jawa, mulai memperluas kekuasaannya ke hampir seluruh Borneo pada abad ke-14. Kedua kerajaan ini menjadikan Borneo sebagai bagian dari jaringan perdagangan internasional yang luas, yang berhubungan dengan India, Tiongkok, hingga Timur Tengah. Jadi, bisa dibayangkan bagaimana Borneo, meskipun terpencil dari pandangan kita sekarang, dulu adalah tempat yang sangat strategis dan berpengaruh.
Nah, kalau kita lompat ke abad ke-16, ceritanya makin menarik lagi. Inilah saat ketika orang-orang Eropa mulai berdatangan ke Borneo. Orang pertama yang tercatat mendatangi pulau ini adalah seorang Italia bernama Ludovico de Verthana pada tahun 1507. Bisa dibayangkan betapa terkejutnya penduduk lokal ketika melihat seseorang dari negeri yang jauh datang ke tanah mereka. Kemudian, orang Portugis bernama Laurenco de Gomez tiba pada tahun 1518, dan setahun setelahnya, Ferdinand Magellan, si penjelajah terkenal, juga mampir ke Borneo dalam perjalanan mengelilingi dunia. Setelah itu, orang-orang dari Belanda, Inggris, dan Prancis mulai berdatangan, dan perlahan tapi pasti, nama "Borneo" mulai dikenal luas di Eropa.
Ngomong-ngomong soal nama, pernah nggak sih kita bertanya-tanya kenapa pulau Kalimantan disebut Borneo? Ternyata, nama ini diambil dari pohon Borneol, yang nama latinnya Dryobalanops camphora. Pohon ini menghasilkan minyak yang digunakan sebagai antiseptik dan bahan parfum. Lucu juga kalau dipikir-pikir, karena nama pulau yang besar ini sebenarnya berasal dari nama sebuah pohon! Selain itu, ada juga hubungan dengan Kerajaan Brunei, yang saat itu adalah kekuatan dominan di Borneo. Para pedagang asing seringkali mengasosiasikan seluruh pulau dengan Brunei, dan nama ini kemudian dipelatkan oleh lidah orang Eropa menjadi "Borneo". Lucu gimana sejarah kadang-kadang terbentuk dari hal-hal kecil seperti itu, ya?
Beralih ke masa kolonial, ada satu cerita yang cukup tragis. Pada tahun 1607, sebuah ekspedisi Belanda yang dipimpin oleh Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin. Sayangnya, semua awak kapal dibunuh oleh penduduk setempat sebagai balas dendam atas tindakan VOC yang sebelumnya merampas dua jung (kapal) Banjar di Banten pada tahun 1595. Jadi, hubungan antara orang Borneo dan orang Eropa memang nggak selalu mulus. Belanda, pada tahun 1612, kembali ke Banjarmasin dengan maksud menghukum Kesultanan Banjarmasin atas insiden itu. Mereka menghancurkan Banjar Lama, yang kemudian membuat ibu kota kerajaan dipindahkan ke Martapura.
Namun, ada juga sisi yang lebih damai dari interaksi antara Borneo dan bangsa asing. Pada tahun 1609, perjanjian perdagangan pertama ditandatangani antara VOC dan Raja Panembahan Sambas, Ratu Sapudak. Meski hubungan dagang ini tidak berkembang pesat, ini adalah langkah awal dalam hubungan ekonomi antara orang Eropa dan Borneo. Perjanjian serupa juga ditandatangani antara VOC dan Kesultanan Banjarmasin pada tahun 1635. Isi perjanjiannya menarik, selain tentang lada dan bea cukai, VOC juga sepakat membantu kesultanan jika ada serangan dari luar. Jadi, perdagangan di Borneo pada masa itu tidak hanya soal barang, tetapi juga melibatkan aliansi politik dan militer.
Pulau Borneo memang penuh dengan cerita yang menarik. Dari gunung tertinggi di Gunung Kinabalu hingga dataran tropis yang dilewati garis khatulistiwa, Borneo bukan hanya kaya akan alam, tetapi juga sejarah. Saya selalu merasa bahwa pulau ini adalah salah satu kunci untuk memahami Nusantara secara keseluruhan. Meski sekarang mungkin kurang terdengar dibandingkan Bali atau Jakarta, Borneo memiliki peran penting dalam sejarah panjang bangsa kita.
Kalau ada kesempatan, saya pasti ingin menjelajahi lebih dalam tentang Borneo, terutama tentang bagaimana interaksi awal dengan bangsa asing membentuk identitas pulau ini. Setiap sudutnya menyimpan cerita, dan saya rasa masih banyak yang belum kita ketahui. Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu pernah mendengar cerita menarik lainnya tentang Borneo?