Massa berkumpul di Mandalay pada Kamis (4/3/2021) dalam upacara pemakaman gadis 19 tahun yang ditembak mati dalam protes anti- kudeta Myanmar sehari sebelumnya. Remaja bernama Kyal Sin yang dijuluki sebagai "Angel" itu menggunakan kaus bertuliskan "Semua akan baik-baik saja" telah terbunuh.
Kyal Sin Dimakamkan di Myanmar, Dunia Berduka |
Gelombang dukacita kepadanya membanjiri media sosial dan banyak yang menyebutnya sebagai pahlawan. Melansir BBC pada Kamis (4/3/2021), Kamis itu di Mandalay, orang-orang berbaris di rute prosesi pemakaman Kyal Sin.
Para pelayat menyanyikan lagu-lagu revolusioner dan meneriakkan slogan-slogan anti-kudeta, lapor kantor berita Reuters. Gambar remaja yang mengenakan kaus bertuliskan "Segalanya akan baik-baik saja" saat protes telah menjadi viral.
Sadar akan bahaya ketika ikut bagian dalam protes, dia telah menulis rincian golongan darahnya di Facebook dan meminta agar organnya disumbangkan, jika dia meninggal nantinya. Myat Thu, rekan yang bersama Kyal Sin dalam aksi protes pada Rabu, mengatakan, dia telah membuka pipa air saat polisi menyemprotkan gas air mata.
Tindakan Kyal Sin membuat pengunjuk rasa dapat membersihkan gas air mata dari mata mereka. Dia juga mencoba membantu demonstran lain saat polisi melepaskan tembakan.
"Dia mengatakan kepada saya, 'Duduk! Peluru akan mengenai Anda'," kata Myat Thu kepada Reuters.
"Dia peduli dan melindungi orang lain," ungkapnya.
Dia mengatakan, polisi memukul mereka dengan gas air mata yang ternyata disusul dengan tembakan peluru. Myat Thu mengatakan, "Angel" yang dengan bangga memberikan suara dalam pemilihan umum untuk pertama kalinya tahun lalu adalah gadis yang ceria.
"Dia mencintai keluarganya dan keluarganya juga sangat mencintainya," ucapnya.
Orang-orang juga memberikan penghormatan terakhir kepada "Angel" di media sosial.
Seorang teman menulis di Facebook, "Hati saya terasa sangat sakit."
Teman yang lain berkata, "Beristirahatlah dalam damai, temanku. Kami akan melawan revolusi ini sampai akhir."
Sejak kudeta 1 Februari 2021, Myanmar telah dilanda aksi protes massa yang menuntut diakhirinya peran militer dan dibebaskannya pemimpin terpilih, Aung San Suu Kyi.
Sejauh ini, menurut kantor HAM PBB, lebih dari 54 orang telah tewas di tangan aparat keamanan yang melawan aksi protes massa.
Ada juga laporan yang menyebutkan angka nyatanya lebih tinggi.
Pada Rabu (3/3/2021), hari paling berdarah terjadi sejak kudeta dengan 38 demonstran tewas di kota-kota seluruh negeri.
Komisioner Tinggi PBB untuk HAM, Michelle Bachelet, menyerukan kepada pasukan keamanan untuk menghentikan tindakan keras mereka terhadap pengunjuk rasa damai. Puluhan negara di dunia telah mengutuk tindakan keji junta militer yang menduduki tampu pemerintahan Myanmar saat ini. Namun, sebagian besar seruan itu diabaikan oleh mereka.
Duta besar Myanmar untuk PBB juga telah dipecat junta militer, setelah ia memohon untuk dibantu mengembalikan demokrasi dan menyerukan "tindakan internasional terkuat" untuk menghukum militer tanah airnya.
Sedangkan wakilnya, Tin Maung Naing, yang diangkat militer untuk menggantikannya, mengatakan sudah mundur. Dengan demikian, Kyaw Moe Tun tetap menjadi duta besar Myanmar secara sah.
Sumber: Kompas.com